Donasi

Kamis, 13 Oktober 2016

Perempuan Yang Memilih Setia

Seorang perempuan berdiri dalam kegundahan hati.
Di depannya berdiri seorang lelaki yang memujanya sejak lama.
Berpuluh tahun silam, saat mereka berdua masih sama-sama remaja.
Saat dia masih begitu cantik dan sesegar bunga yang memeluk embun.
Namun silam telah lewat, dia kini hanya perempuan yang tua, berkeriput, dengan lemak yang bertimbun.
Tak ada lagi cerita tentang cantiknya masa lalu, tak ada yang tersisa.
Kehidupan yang keras, menghapusnya perlahan secara menyakitkan.
Perempuan itu telah memilih lelaki lain, yang bisa meluapkan segala kegilaannya.
Bukan lelaki yang sekarang berdiri di depannya.
Perempuan  itu menunduk, sungguh malu, namun dia tetap mendatangi tempat yang mereka janjikan untuk bertemu sore ini.
Perempuan itu dari dasar penasarannya, hanya ingin tahu apakah lelaki ini masih memujanya seperti masa-masa yang dulu.
Dan lelaki itu, sungguh, masihlah sama seperti yang dulu, yang masih memuja dirinya.
Lelaki yang memandangnya, jauh melebihi pandangan pada kulit keriput dan gumpalan lemak yang menggelambir.
Lelaki itu, sungguh, masih menemukan, kecantikan yang sangat luar biasa pada perempuan yang dipujanya tersebut.
Sesaat, perempuan itu terbang sungguh tinggi, diperlakukan seperti itu, jauh melebihi perlakuan pasangannya di rumah yang sudah bosan terhadap dirinya sejak lama.
Pasangannya di rumah, jangankan menyentuhnya, berucap sayang mesrapun sudah tak pernah lagi ia dengar.
Sesaat, perempuan tersebut tahu apa yang harusnya ia pilih demi hidup yang tidak lama lagi.
Sesaat, perempuan tersebut melihat pijaran kebahagiaan andai dia masih sempat menghabiskan sisa hidup bersama lelaki di depannya ini.
Sesaat, setelah berpuluh tahun, perempuan itu akhirnya menyadari apa arti sebuah cinta yang tulus.

Namun perempuan itu berbalik, dia memilih untuk setia.