Donasi

Jumat, 28 Maret 2014

Do'a Seorang Bapak

Berdiri seorang pria yang beranjak matang, ketika semua pelayat pulang, tak hentinya dia merutuk ke gundukan tanah yang masih basah, merutuki kemalangan, merutuki bapaknya yang telah menyusul emaknya yang meninggal semenjak pria tersebut masih kecil, merutuki bahwa bapaknya tak meninggalkan warisan kekayaan apapun.

Sungguh, dia bukan pria yang miskin, bukan pula kaya. namun hidupnya berkecukupan. Dia memilih meninggalkan rumah kontrakan bapaknya, dia memilih untuk tidak menambah beban. Dia bekerja, berumah tangga, tanpa sekalipun membagi rejekinya kepada bapaknya yang semakin menua dan lemah, karena dia hanya berkecukupan, bukan kaya. Hartanya hanya rumah kecil, bukan rumah besar megah, dia hanya punya motor, bukan mobil.

Sambil terus merutuki makam bapaknya, pria tersebut beranjak pulang.

Hari berganti tahun, pria tersebut penghasilannya terus merosot, dia diberhentikan dari tempatnya bekerja, usaha kecil-kecilan yang dibangun dari uang pesangon bangkrut, dia tak lagi berkecukupan, menjadi makin miskin.

Di pintu sorga bapaknya menangis, menangis tak lagi bisa mendoakan anaknya, tak bisa lagi meminta pada tuhan agar anaknya selalu dijaga rejeki dan kesehatannya, doa-doa yang selalu dia panjatkan dan dikabulkan tuhan kala dia masih hidup.

|Medaeng; 28-03-2014;14.45|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar